• Skip to secondary menu
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Tentang Kami
  • Republikasi
  • Daftar Rujukan
  • Kontak

SUFIZ.COM

Kisah Mereka Yang Mempersembahkan Hampir Seluruh Hidup dan Kehidupannya Hanya Untuk Allah

  • Kisah Nabi
  • Kisah Mujahid
  • Kisah Wali
  • Kisah Sufi
  • Abu Nawas
  • Kisah Lain
You are here: Home / Kisah Abu Nawas / Abu Nawas, Kuah Dibalas Makjun

Abu Nawas, Kuah Dibalas Makjun

January 25, 2012 By SUFIZ.COM 14 Comments

Di mata Khalifah Harun al-Rasyid figur Abu Nawas memang lihai, dia tidak hanya lucu tetapi juga bijaksana sehingga tidak dapat dipandang enteng. Di satu pihak hal itu sangat membanggakan khalifah, tetapi di lain pihak, sangat menjengkelkannya, karena ia suka kurang ajar dan tidak tahu diri. Oleh karena itu baginda tidak pernah berhenti memeras otak untuk dapat membalas Abu Nawas.
Pada suatu hari di bulan Rabiulawal, baginda khalifah tersenyum simpul sendiri sambil bergumam, “Awas kau, Abu Nawas, kali ini pasti kena.”

Seperti biasa setiap bulan Rabiulawal, Sultan Harun Al-Rasyid menyelenggarakan acara Maulid Nabi di istana. Pada saat itu semua pembesar negeri hadir termasuk putra-putra mahkota dari negeri-negeri sekitarnya, tapi Abu Nawas tidak tampak.

“Panggil dia kemari,” perintah khalifah kepada punggawa.

Setelah Abu Nawas datang menghadap, dimulailah acara hari itu. Semua hadirin dipersilahkan berdiri, kemudian masing-masing disirami air mawar yang menebarkan bau sangat harum, kecuali Abu Nawas. Ia disiram dengan air kencing.
Sadarlah Abu Nawas, bahwa dia dipermalukan khalifah didepan para pembesar negeri. Ia bungkam seribu basa, namun di dalam hati ia berkata, “Oke, khalifah, hari ini kau beri aku kuah, esok akan kubalas kamu dengan isinya.”

Selesai upacara, semua orang pamitan kepada baginda dan pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Abu Nawas.
Sejak itu Abu Nawas tidak pernah menginjakkan kakinya ke Istana. Tak kurang khalifah pun rindu berat kepadanya. Karena bagaimanapun Abu Nawas selalu dapat menghibur hatinya. Ada saja celotehan-celotehan Abu Nawas yang membuat suasana balairung jadi hidup.

Ketika khalifah memanggilnya, Abu Nawas tidak bersedia memenuhi panggilan itu, dengan alasan sakit, meski panggilan tersebut disampaikan terus menerus. Setiap kali punggawa datang setiap kali itu pula Abu Nawas bilang sakitnya makin serius.
Baginda pun khawatir dengan sakitnya Abu Nawas, maka ditengoknya Abu Nawas ke rumahnya di iringi beberapa orang petinggi kerajaan.

Mendengar khalifah menuju ke rumahnya, Abu Nawas buru-buru pasang aksi. Mata terpejam, badan tergeletak lemah lunglai. Namun sebelum itu ia telah menyuruh istrinya menyiapkan obat makjun, ramuan obat yang dibuat seperti dodol bulat, dan dua butir di antaranya dibubuhi tinja. Abu Nawas menelan sebutir obat itu ketika baginda sudah sampai di depannya.

“Hai Abu Nawas, apa yang kamu telan itu?” tanya khalifah.

“Inilah yang disebut obat makjun,” jawab Abu Nawas masih dalam posisi telentang. “Resepnya hamba peroleh tadi malam lewat mimpi. Seorang tua menghadap hamba dan berpesan agar obat makjun ini hamba telan dua butir, niscaya sembuh,” setelah Abu Nawas menelan sebutir lagi dan tampak badannya segar layaknya orang sembuh dari sakit.

“Kalau begitu aku juga mau makan obat makjun itu,” kata khalifah.

“Baiklah, tuanku,” kata Abu Nawas. “Bila paduka akan menelan obat ini, hendaklan berbaring seperti hamba sekarang ini, tidak boleh sambil duduk, apalagi dengan berdiri.”

Maka baginda pun berbaring.

“Pejamkan mata tuanku,” kata Abu Nawas.

Begitu mata Sultan terpejam, Abu Nawas cepat-cepat memasukkan butiran makjun itu ke mulut khalifah. Tiba-tiba khalifah bangkit karena obat itu menyangkut di batang tenggorokannya. Sambil membelalakkan matanya, Sultan berkata keras-keras. “Hai, Abu Nawas, kamu beri aku makan tinja ya?”

Maka Abu Nawas pun menghormat sambil berkata, “Dulu baginda memberi hamba kuahnya, sekarang hamba memberi baginda isinya. Jikalau baginda tidak memberi hamba uang seratus dinar, kejadian ini akan hamba ceritakan kepada khalayak ramai.”

“Diam kamu, jangan ngomong kepada siapa-siapa, nanti ku beri kau uang seratus dinar ,” kata khalifah.

Setelah itu khalifah dan semua pengiringnya kembali ke Istana, menyiapkan pundi-pundi berisi uang seratus dinar.

Referensi kisah dari Alkisah Nomor 08 / 12-25 April 2004

Filed Under: Kisah Abu Nawas Tagged With: Abu Nawas, Khalifah Harun Al-Rasyid, Kisah Abu Nawas

Newsletter Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya.

Reader Interactions

Comments

  1. david says

    February 4, 2012 at 8:22 pm

    tokoh ini memang selalu mejadi inspirasi bagi saya. setelah saya cari2 info mengenai abu nawas ternyata memang nyata adanya.

  2. Blog Oki Jo says

    March 10, 2012 at 12:18 pm

    Abu nawas memang banyak akalnya…

  3. Ikhwan says

    March 16, 2012 at 8:38 pm

    Abu nawas memang mantab, tinggal dikota 1001 malam tp memiliki 1001 akal

  4. I'anah says

    March 21, 2012 at 1:31 pm

    abu nawas gampang yaaaaaaaaa, kalaw cr duwit

  5. maliki muhammad says

    March 25, 2012 at 3:54 pm

    mudah-mudahan jadi inspirasi bagi kita oke………….

  6. Ade Heryanto says

    March 29, 2012 at 11:11 pm

    cerita yg membuat kt melupakan kesesahan

  7. Ustadz Bento says

    April 30, 2012 at 9:15 pm

    xaxaxaxa

  8. ADE MAULANA says

    September 11, 2012 at 10:36 pm

    Sebaiknya, cerita abu nawas harus di tambah lagi..

  9. kasmad says

    December 27, 2012 at 8:39 am

    Kwk kwk kwk, aku suks sx kisah abu nawas, bisa menghibur saat perasaan lg galau. Siiiiiip

  10. Ghazali batutanam says

    July 3, 2014 at 10:51 am

    Hahahahaha…… Masya allaaaaah, wkwkwkwkwk lucuuuu bnget!!

  11. Jimi Roy says

    October 13, 2015 at 2:26 pm

    Wah hebat Allah memberikan jawaban kepada Raja, melalui Abu Nawas ini, jika orang dizolimi tanpa sebab, akan didapatnya pula jawan kezoliman tsb. demikian Allah memberikan Fikiran cerdas kepada Abu Nawas, lucu, menjengkelkan, tetapi enak dicerna, mengandung hukum, dan akhlaq dan pelajaran yang memang PAS, demikian jika orang berbuat ikhlas seprti Abu Nawas, sudah pasti selalu mendapat petunjuk Allah.

  12. carilo says

    June 8, 2016 at 12:01 am

    Hahaha

  13. Joko aree says

    November 18, 2016 at 11:20 am

    Abu nawas memang okk menghibur dan kocak juga pintar

  14. Ade indreswari says

    March 24, 2019 at 9:00 pm

    Berarti sejak zaman dulu sudah ad acara maulid nabi.kenapa orang2 sekarng ni bnyk yg mengharamkan??dng alasan bid’ah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Kisah Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Kisah Terbaru

  • Sekelumit tentang Sosok Abu Nawas yang Perlu Dikenal
  • Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, Tanda Kewalian yang Muncul Sejak Kecil
  • Al-Hujwiri, Kisah Penyingkap Pintu Makrifat
  • Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • Ibnu Arabi, Ketika Hamba Bersatu dengan Pencipta

Komentar Anda

  • Muhammad sholhin on Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim
  • Syarief on Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • syarief on An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara
  • Ahsanul Mufid on Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, Syekh Tarekat Naqsabandiyah dari Sumatera Barat
  • Dzulumat on Al-Hallaj: Ana al-Haq (Bagian 2)

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya. Selengkapnya

© 2018 Sufiz.com - Kisah Kisah Sufi Terlengkap