• Skip to secondary menu
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Tentang Kami
  • Republikasi
  • Daftar Rujukan
  • Kontak

SUFIZ.COM

Kisah Mereka Yang Mempersembahkan Hampir Seluruh Hidup dan Kehidupannya Hanya Untuk Allah

  • Kisah Nabi
  • Kisah Mujahid
  • Kisah Wali
  • Kisah Sufi
  • Abu Nawas
  • Kisah Lain
You are here: Home / Jejak Wali / Mbah Kyai Musyafa’ Orang “Gila” yang Penuh Karomah

Mbah Kyai Musyafa’ Orang “Gila” yang Penuh Karomah

January 22, 2010 By SUFIZ.COM 56 Comments

Sebelum dikenal sebagai Wali, Mbah Kiai Musyafa’ dianggap orang Gila. Namun kemudian banyak orang yang menemukan Karomahnya. Karena itu, setelah dia meninggal, makamnya kerap didatangi peziarah.

Kota Kaliwungu, tepatnya di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah, tampak sangat anggun bila dilihat dari bukit yang terletak di Desa Proto Mulyo, sebelah timur Kampung Gadukan, Kutoarjo, Kaliwungu. Masjid Al-Muttaqin yang berada di pusat kota terlihat sangat dominan dan lebih besar dibanding bangunan lain yang ada di sekitarnya. Menara dan kubah masjid tampak sangat kukuh, seperti menegaskan betapa Allah SWT Mahabesar.

Dari ketinggian bukit itu, tampak kecantikan kota Kaliwungu yang mempesona. Disana terdapat makam alim ulama dan para penyiar agama Islam tempo dulu. Masyarakat menyebutnya sebagai makam Jabal (bukit), sebuah kawasan perbukitan. Salah seorang ulama besar yang dimakamkan disana adalah Kiai Musyafa’ bin Haji Bahram.

Seperti halnya makam wali-wali yang lain, makam Mbah Syafa’, demikian beliau biasa disapa, inipun  kerap dikunjungi para peziarah, terlebih pada hari Kamis wage sore dan Jumat Kliwon. Pada kedua hari tersebut, ratusan bahkan ribuan peziarah datang kesana. Santri dari beberapa pesantren juga kerap menjadikannya sebagai tempat untuk melaksanakan riadah.

Selama hidup (antara tahun 1920 – 1969), Mbah Syafa’ dikenal sebagai sosok yang zuhud. Ia sangat sederhana, baik dalam berpakaian maupun dalam bertutur kata. Kesederhanaannya dalam berpakaian, membuat sebagian orang menganggap Mbah Syafa’ sebagai Kiai yang sangat miskin. Tidak jarang orang juga mengatakan bahwa Mbah Syafa’ adalah orang gila, karena ia memang kerap berperilaku Khawariqul Adah, yaitu berperilaku diluar kebiasaan manusia pada umumnya.

Anggur Mekkah

Sangkaan orang bahwa Mbah Syafa’ adalah orang gila sudah terdengar sebelum masyarakat mengetahui karomah dan kewaliannya. Pada suatu hari tetangga disekitar rumah Mbah Syafa’ di bikin geger. Pasalnya setelah musim haji, ada seorang haji yang datang ke sana, ia mengaku di titipi anggur oleh seseorang di Mekah untuk diserahkan kepada Mbah Syafa’, yang baru saja menunaikan ibadah haji di Mekah. Padahal tetangga Mbah Syafa’ menyaksikan sendiri, selama musim haji itu Mbah Syafa’ berada di rumahnya.

Sejak itu pandangan orang pada dirinya berubah, apalagi setelah karomah-karomahnya disaksikan orang-orang disekitarnya. Suatu saat Mbah Syafa’ menjamu tamu yang datang. Masing-masing tamu menuang sendiri air minum dari ceret yang sudah disediakan. Anehnya air minum yang berasal dari satu ceret itu di rasakan berbeda-beda oleh tamu yang minum.

Dalam kisah yang lain, sekitar tahun 1060-an, Mbah Syafa’ kedatangan seorang tentara. Tentara itu bermaksud memohon restu, karena sebagai pembela negara dia mendapat tugas ikut dalam rombongan pasukan Trikora yang akan membebaskan Irian Jaya dari pendudukan Belanda. Saat dia sampai di tempat tinggal Mbah Syafa’, dan mengemukakan maksudnya, Mbah Syafa’ tidak menjawab sepatah kata pun. Beliau hanya mengambil sebuah wajan yang telah di bakar hingga merah membara.

Oleh Mbah Syafa’ wajan itu di dekatkan ke kepala orang tersebut sambil dipukul beberapa kali. Sesaat kemudian beliau masuk kedalam rumah dan keluar dengan membawa tiga buah biji randu (Klentheng), lantas menyerahkannya pada orang itu. Orang tersebut tidak mengerti apa maksud Mbah Syafa’, namun ia tetap menyimpan biji randu pemberian Mbah Syafa’.

Di belakang hari, isyarat tersebut bisa diketahui setelah kapal yang ditumpangi tentara Indonesia hancur di tengah laut. Namun atas izin Allah orang tersebut selamat.

Dalam kisah yang lain diceritakan pada 1940an, suatu hari Mbah Syafa’ menggali tanah hingga dalam. Orang-orang disekitarnya merasa heran dengan apa yang dikerjakannya itu. Sebagian mengira tempat itu akan digunakan untuk memelihara ikan, sebagian yang lain menyangka akan dibuat sumur.

Setelah beberapa saat, orang baru sadar bahwa Mbah Syafa’ mengetahui peristiwa yang bakal terjadi belakangan. Karena tidak lama berselang, tentara Jepang menyerbu daerah Kaliwungu, dan lubang itu dipergunakan sebagai tempat persembunyian orang-orang yang ada di sekitarnya.

Berbagai peristiwa aneh terjadi termasuk setelah ia meninggal dunia pada 13 Maret 1969 (seperti yang tertulis pada nisannya). Suatu ketika saat sedang membersihkan Balai Desa Krajan Kulon, Mbah Rasyid, tukang sapu kantor tersebut, ditemui  Mbah Syafa’ tanpa berbincang apapun. Mbah Syafa’ memberinya uang seribu rupiah, padahal ia telah meninggal dunia.

Anehnya, ketika sudah dibelanjakan, uang itu tetap utuh dan tetap ada di saku Mbah Rasyid begitu ia sampai di rumah. Hal itu berulang hingga tiga kali, membuat gundah Mbah Rasyid. Hatinya baru tenang setelah uang itu ia kembalikan ke kuburan Mbah Syafa’.

Filed Under: Jejak Wali Tagged With: Desa Proto Mulyo, Kaliwungu, Kampung Gadukan, Kutoarjo, Masjid Al-Muttaqin, Mbah Kyai Musyafa, Mbah Syafa

Newsletter Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya.

Reader Interactions

Comments

  1. Eko says

    January 20, 2018 at 3:48 pm

    Mukjizat baginda Nabi Muhammad Sallollahu’alaihiwasallam adalah Al Qur’an dan sunnahnya.

  2. hamba biasa00 says

    February 14, 2018 at 11:06 pm

    yang saya kuatirkn dari cerita wali diatas adalah nanti orang bukan mempelajari apa yg diajarkan rosul, malah sibuk mengagumi wali

    sampe2 kuburanya ramai diziarahi orang, ini nanti bagi orang awam yg tidak tahu -> bisa ikut2an ziarah
    entah tujuanya murni skedar ziarah atau ada maksut lain ->malah bisa berujung penyimpangan akidah nantinya

    jangan sampai kecintaan atau kekaguman kita kpada orang2 tertentu melebihi cinta kita kpd Alloh dan rosulnya

    cukup jadikan Alloh sbg penolongmu dan nabi Muhammad sbg panutan yang mesti dicontoh
    biar kita(saya dan kamu) tetap lurus

    mudah2an Alloh selalu mengampuni kita-semua(saya juga kamu)

  3. org biasa says

    June 19, 2018 at 12:50 pm

    *kagum/ngefans kpd para wali lbh bgus drpda kagum kpd artis barat/sepakbola.

    Manusia tdk bs mencintai Alloh scara lgsg tnpa mencintai hamba2 kekasih/kecintaan Alloh.
    Tdk mgkn seorang Presiden akan mendekatimu/mengenalmu tnpa mendekati dlu bawahan Presiden.

    *Org yg ramai ziarah ke kubur/makam aulia, tdk berbeda dgn org yg ramai tawaf/ziarah di kabah.
    TDK ADA BEDANYA…!!!

    *Adapun niat, urusan msg2 individu. Kt tdk bs melarang. Adapun mrk mnt sehat, mnt duit banyak, mnta jodoh, mnt nomor togel, dsb itu urusan mrk. G ada bedanya jg kt mnt sembuh minum jamu/obat, mnta uang sama boss/orang tua, dsb.. Jd kt hrs pintar & memahami secara utuh. Bkn d kulitnya saja. Toh, mrk dlm hatinya yg terdalam jg msh mengakui Keagungan/KeEsaan Alloh & mencintai Rosul.

    *Alloh menolong manusia bs melalui malaikat, sesama manusia / para aulia.
    Jika tdk, apa gunanya Malaikat.

  4. org biasa says

    June 19, 2018 at 12:55 pm

    Hrs bnyk belajar lg & jgn terlalu gegabah menyimpulkan sesuatu yg kt blm mengerti detailnya sesuatu scara utuh. Akhirnya jd org taklid buta (ikut-ikutan) spt kerbau yg dicokok hidungnya ke kiri ke kanan.

  5. Anggrahini says

    August 28, 2018 at 5:38 pm

    Nabi itu gurunya para Wali,guru kita cukup orang sholeh yang bisa kita jangkau ketaatannya lahir batin soalnya apa kita kuat berguru kpd Nabi dgn laku spiritualnya yang tinggi?

  6. Rusj.bag says

    October 10, 2018 at 8:18 am

    Rasul adalah contoh yang seimbang antara urusan dunia dan akherat, urusan realitas dan ghaib. Dan itulah sebaik-baik makhluk.

    Maka jadilah manusia paripurna, yang dekat dengan Allah, tapi dekat juga dengan urusan kehendak Allah, dunia. Jangan cuma sibuk dengan urusan hakekat tapi lupa tanggung jawab realitas kehidupan didunia. Kehendak Allah adalah menjadikan manusia KHALIFAH dimuka bumi. Dan sebaik-baik makhluk adalah yang PALING BANYAK MANFAATNYA.

« Older Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Kisah Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Kisah Terbaru

  • Sekelumit tentang Sosok Abu Nawas yang Perlu Dikenal
  • Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, Tanda Kewalian yang Muncul Sejak Kecil
  • Al-Hujwiri, Kisah Penyingkap Pintu Makrifat
  • Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • Ibnu Arabi, Ketika Hamba Bersatu dengan Pencipta

Komentar Anda

  • Muhammad sholhin on Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim
  • Syarief on Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • syarief on An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara
  • Ahsanul Mufid on Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, Syekh Tarekat Naqsabandiyah dari Sumatera Barat
  • Dzulumat on Al-Hallaj: Ana al-Haq (Bagian 2)

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya. Selengkapnya

© 2018 Sufiz.com - Kisah Kisah Sufi Terlengkap