• Skip to secondary menu
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Tentang Kami
  • Republikasi
  • Daftar Rujukan
  • Kontak

SUFIZ.COM

Kisah Mereka Yang Mempersembahkan Hampir Seluruh Hidup dan Kehidupannya Hanya Untuk Allah

  • Kisah Nabi
  • Kisah Mujahid
  • Kisah Wali
  • Kisah Sufi
  • Abu Nawas
  • Kisah Lain
You are here: Home / Kisah Abu Nawas / Kisah Abu Nawas akan Disembelih

Kisah Abu Nawas akan Disembelih

October 22, 2010 By SUFIZ.COM 46 Comments

Hari itu Abu Nawas sengaja menghabiskan waktunya berkeliling kampung, pinggiran Kota Baghdad. Ia baru pulang saat menjelang maghrib. Ketika lewat Kampung Badui (orang gurun) ia bertemu dengan beberapa orang yang sedang memasak bubur. Suasananya ramai, bahkan riuh rendah. Tanpa disadari ia di tangkap oleh orang-orang itu dan dibawa ke rumah mereka untuk disembelih.

“Mengapa aku ditangkap?” tanya Abu Nawas.

“Hai, orang muda, kata salah seorang diantaranya sambil menunjuk ke belanga yang airnya sedang mendidih, “Setiap orang yang lewat di sini pasti kami tangkap, kami sembelih seperti kambing, dan dimasukkan ke belanga bersama adonan tepung itu. Inilah pekerjaan kami dan itulah makanan kami sehari-hari.”

Meski ketakutan Abu Nawas masih berpikir jernih, katanya, “Lihat saja, badanku kurus, jadi dagingku tidak seberapa, kalau kau mau besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk, bisa kau makan untuk lima hari. Aku janji, maka tolong lepaskan aku.”

“Baiklah, bawalah orang itu kemari,” jawab si Badui.

“Besok waktu maghrib orang itu pasti kubawa kemari,” kata Abu Nawas lagi. Setelah saling bersalaman sebagai tanda janji, Abu Nawas pun di lepas.

Di sepanjang jalan menuju rumahnya, Abu Nawas berpikir keras, “Sultan itu kerjanya seharian hanya duduk-duduk sehingga tidak tahu keadaan rakyat yang sebenarnya. Banyak orang jahat berbuat keji, menyembelih orang seperti kambing, tidak sampai ke telinga Sultan. Aneh, kalau begitu. Biar kubawa Sultan ke kampung Badui, dan kuserahkan kepada tukang bubur itu.”

Lantas Abu Nawas masuk ke istana dan menghadap Sultan. Setelah memberi hormat dengan membungkukkan badan, ia berkata, ya tuanku, Syah Alam, jika tuanku ingin melihat tempat yang sangat ramai, bolehlah hamba mengantar kesana. Di sana ada pertunjukan yang banyak dikunjungi orang.”

“Kapan pertunjukan itu dimulai?” tanya sang Sultan.

“Lepas waktu ashar, tuanku,” jawab Abu Nawas.

“Baiklah.”

Abu Nawas pamit pulang, esok sore Abu Nawas siap menemani Sultan ke kampung Badui. Sesampainya di rumah penjual bubur, baginda mendengar suara ramai yang aneh baginya.

“Bunyi apakah itu, kok ramai sekali?” tanya baginda sambil menunjuk sebuah rumah.

“Ya tuanku, hamba juga tidak tahu, maka izinkanlah hamba menengok ke rumah itu, sebaiknya tuan menunggu di sini dulu.” Kata Abu Nawas.

Sesampainya di rumah itu Abu Nawas melapor kepada si pemilik rumah bahwa ia telah memenuhi janjinya membawa seseorang yang berbadan gemuk. “Ia sekarang berada di luar dan akan aku serahkan kepadamu.” Ia kemudian keluar bersama si pemilik rumah menemui Sultan.

“Bunyi apa yang riuh rendah itu?” tanya Sultan.

“Rumah itu tempat orang berjualan bubur, mungkin rasanya sangat lezat sehingga larisnya bukan main dan pembelinya sangat banyak. Mereka saling tidak sabar sehingga riuh rendah bunyinya,” kata Abu Nawas.

Sementara itu si pemilik rumah tadi tanpa banyak cingcong segera menangkap Sultan dang membawanya ke dalam rumah. Abu Nawas juga segera angkat kaki seribu. Dalam hati ia berpikir, “Jika Sultan itu pintar, niscaya ia bisa membebaskan diri. Tapi kalau bodoh, matilah ia disembelih orang jahat itu.”

Akan halnya baginda Sultan, ia tidak menyangka akan dipotong lehernya. Dengan nada ketakutan Sultan berkata, “Jika membuat bubur, dagingku tidak banyak, karena dagingku banyak lemaknya, lebih baik aku membuat peci. Sehari aku bisa membuat dua buah peci yang harganya pasti jauh lebih besar dari harga buburmu itu?” Seringgit” jawab orang itu.

“Seringgit?” tanya Sultan. “Hanya seringgit? Jadi kalau aku kamu sembelih, kamu hanya dapat uang seringgit? Padahal kalau aku membuat kopiah, engkau akan mendapat uang dua ringgit, lebih dari cukup untuk memberi makan anak-istrimu.”

Demi mendengar kata-kata Sultan seperti itu, dilepaskannya tangan Sultan, dan tidak jadi disembelih.

***

Sementara itu Kota Bagdad menjadi gempar karena Sultan sudah beberapa hari tidak muncul di Balairung. Sultan hilang, seluruh warga digerakkan untuk mencari Sultan ke segenap penjuru negeri. Setelah hampir sebulan, orang mendapat kabar bahwa Sultan Harun Al-Rasyid ada di kampung Badui penjual bubur. Setiap hari kerjanya membuat Peci dan si penjualnya mendapat banyak untung.

Terkuaknya misteri hilangnya Sultan itu adalah berkat sebuah peci mewah yang dihiasi dengan bunga , di dalam bunga itu menyusun huruf sedemikian rupa sehingga menjadi surat singkat berisi pesan: “Hai menteriku, belilah kopiah ini berapapun harganya, malam nanti datanglah ke kampung Badui penjual bubur, aku dipenjara di situ, bawalah pengawal secukupnya.” Peci itu kemudian diberikan kepada tukang bubur dan agar dijual kepada menteri laksamana, karena kopiah ini pakaian manteri.”Harganya sepuluh ringgit, niscaya dibeli oleh menteri itu,” pesannya.

Tukang bubur itu sangat senang hatinya, maka segeralah ia pergi kerumah menteri tersebut. Pak menteri juga langsung terpikat hatinya begitu melihat peci yang ditawarkan itu, memang bagus buatannya, apalagi dihiasi dengan bunga diatasnya. Namun ia kaget begitu mendengar harganya sepuluh ringgit, tidak boleh kurang. Dan ketika matanya menatap bunga itu tampaklah susunan huruf. Setelah dia baca, mengertilah dia maksud kopiah itu dan segera dibayarnya.

Malamnya menteri dengan pengawal dan seluruh rakyat mendatangi kampung Badui dan segera membebaskan Sultan dan membawanya ke Istana. sedangkan penghuni kampung Badui itu, atas perintah Sultan, dibunuh semuanya karena perbuatannya terlalu jahat.

Keesokan harinya Sultan memerintahkan menangkap Abu Nawas dan akan menghukumnya karena telah mempermalukan Baginda Sultan. Ketika itu Abu Nawas sedang shalat duhur. Setelah salam iapun ditangkap beramai-ramai oleh para menteri yang diutus kesana dan membawanya pergi ke hadapan sultan.

Begitu melihat Abu Nawas, wajah Sultan berubah garang, matanya menyala seperti bara api, beliau marah besar. Dengan mulut mnyeringai beliau berkata, “Hai, Abu Nawas, kamu benar-benar telah mempermalukan aku, perbuatanmu sungguh tidak pantas, dan kamu harus dibunuh.

Maka, Abu Nawas pun menghormat. “Ya tuanku, Syah Alam, sebelum tuanku menjatuhkan hukuman, perkenankan hamba menyampaikan beberapa hal.”

“Baiklah” kata Sultan, “Tetapi kalau ucapanmu salah, niscaya aku bunuh hari ini juga kamu.”

“Ya Tuanku Syah Alam, alasan hamba menyerahkan paduka kepada si penjual bubur itu adalah ingin menunjukkan kenyataan di dalam masyarakat negeri ini kepada paduka. Karena hamba tidak yakin paduka akan percaya dengan laporan hamba. Padahal semua kejadian yang berlaku di dalam negeri ini adalah tanggung jawab baginda kepada Allah kelak. Raja yang adil sebaiknya mengetahui semua perbuatan rakyatnya, untuk itu setiap Raja hendaknya berjalan-jalan menyaksikan hal ihwal mereka itu. Demikianlah tuanku, jika perkataan hamba ini salah, hukumlah hamba, tetapi bila hukuman itu dilaksanakan juga hamba tidak ikhlas, sehingga dosanya menjadi tanggung jawab tuanku di dalam neraka.”

Setelah mendengar ucapan Abu Nawas, hilanglah amarah baginda. Dalam hati beliau membenarkan seluruh ucapan Abu Nawas itu.

“Baiklah, kuampuni kamu atas segala perbuatanmu, dan jangan melakukan perbuatan seperti itu lagi kepadaku.”

Maka, Abu Nawas pun menghaturkan hormat serta mohon diri pulang ke rumah.

Referensi Kisah Al-kisah 10 / 10-23 Mei 2004

Filed Under: Kisah Abu Nawas Tagged With: Kisah Abu Nawas, Negeri Baghdad, Sultan Harun Al-Rasyid

Newsletter Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya.

Reader Interactions

Comments

  1. oin_ says

    October 29, 2010 at 12:01 pm

    be true leader …. see the people

  2. hendri says

    December 3, 2010 at 6:25 pm

    pelajaran yang sangat bearti coz baginda raja yang tadi marah tiba2 luluh dengan perkataan abu nawas

  3. fitri says

    December 28, 2010 at 3:36 pm

    subhanallah……….
    harus nya di jman sekarang ini ada penasihat seperti itu, yang tidak hanya bicara, tapi langsung praktik

  4. endy says

    January 4, 2011 at 3:25 pm

    sebuah contoh untuk kita teladani!

    MARI KITA BENTUK PRIBADI YANG SETIA & JUJUR.

  5. boy says

    January 4, 2011 at 10:42 pm

    hahaha…..teruskan cerita abu nawasx. tetap jaya.

  6. erna says

    January 10, 2011 at 5:07 pm

    good….
    sebagai pelajaran yg lebih baik buat kita semua…

  7. sefie says

    January 29, 2011 at 9:14 pm

    kalou menurut qw, abunawas salah lebih baek di bubur ja, male tak toman

  8. haris says

    February 1, 2011 at 5:02 pm

    ajiiiiiiiiip luar biasa …………………….

  9. anha ahmad says

    February 13, 2011 at 3:00 pm

    pelajaran yang sangat menarik untuk di teladani, khususnya bagi pemimpin

  10. mashuri says

    February 19, 2011 at 12:41 pm

    abu nawas memang cerdazzzz…bisa aja menyadarkan sultan.

  11. mohamad ali says

    February 24, 2011 at 10:10 am

    setiap kejadian pasti ada hikmahnya , dan bagaimana kita menyikapinya saja

  12. rian says

    March 24, 2011 at 9:06 am

    subhanalloh……..

    banyak hal yang penting ygn harus di petik dari cerita itu hususnya bagi para penguasa di negeri kita, bahwa para pejabat harus bisa melihat keadaan masyarakatnya di luar sana jangan hanya diam dan memikirkan uang untuk dirinya saja,,,,,,,,,makasih

  13. Ikeawan listianto says

    March 28, 2011 at 10:17 pm

    Wah abu nawas ini kaya nya cocok jadi ketua PSSI sebagai suksesor nurdin yang katanya orang tak bermoral.

  14. gondes says

    April 18, 2011 at 3:49 pm

    sayang di Indonesia ga ada Abu Nawas, coba kalo ada udah pada dibubur tuh para pemimpin yang ga adil.

  15. hafidzprastya says

    April 25, 2011 at 10:44 am

    cba pmpin kta kyak abu nawas,,,,,pasti trlindngi rakyat kecillllll,,iyaaaaaaaaaaa,tooooooooooooooooooooooooooo

  16. tgk pase says

    May 19, 2011 at 11:54 am

    bereh that,,,,,,,,na laen2 lom,,,,ci hambo laju,,,,,,,,

  17. diah and chincan says

    June 10, 2011 at 2:54 pm

    keren,,,aku suka banget ama abunawas,,ceritanya rta rta ud ak bca,,,

  18. rachman says

    July 20, 2011 at 9:42 pm

    Mantaps

  19. Barok says

    July 26, 2011 at 3:14 pm

    Izin copas untuk di FB ya…ceritanya sarat makna 🙂

  20. bwonker says

    July 29, 2011 at 4:27 pm

    sala lech pwenter, Ghik cwedasss…. s’ndainya ja dheddhih pembina, lebur paleng.

  21. jon kopek says

    August 6, 2011 at 4:37 pm

    sungguh pemberani abu nawas dan tidak takut akan di bunuh baginda……good luck abu nawas

  22. dian rizky says

    August 10, 2011 at 12:12 am

    seandai nya abu nawas hidup di zaman sekarang
    pasti gak ada pemerintah yg korupsi

  23. Hendra syahputra says

    August 21, 2011 at 11:26 pm

    Abunawas memang cerdik dan pandai,tiada siapapun yang perani melawanya,apa lagi tuan raja,dari keyakinan abu nawas semu urusa beres di buatnya.

  24. maulana says

    August 28, 2011 at 6:02 pm

    abu nawas,,contoh kisah yang perlu diteladani,,,

  25. gandjar giri says

    September 14, 2011 at 2:32 pm

    harus”a ada komunitas yg meneladani abunawas untuk menciptakan pemimpin yg bijaksana,,,,,

  26. Nor Zim says

    September 19, 2011 at 9:12 am

    bagus juga cerita abu nawas ini untuk contoh dan tauladan

  27. Jhum siwa. says

    October 4, 2011 at 10:31 am

    Lisanullhal abyadu minlisanilmakholi. Buat seorang pemimpin,menyuruh smbl melaksanakn itu lebih terpuji,daripada menyuruh hanya dengan ucapan.

  28. akim says

    October 15, 2011 at 10:40 am

    sufi.. memeng antik… tau hidup agar hidup

  29. Paul boerne says

    January 11, 2012 at 3:22 pm

    Bedanya d Zaman Abu Nawas pemimpin negara adalah sorg Baginda Raja ..
    Nh kl d Indonesia pemimpin negara adalah sorg BAJINGAN ..
    Jd sush u/ mnyadrkan sorg BAJINGAN !!!

  30. rianaryanto says

    January 12, 2012 at 9:59 pm

    i like this

  31. alat bantu sek says

    January 17, 2012 at 5:22 pm

    andai klo dijaman ada seorang abu nawas,,, pasti negara ini gak akan ancur ahklaknya seperti sekarang….

  32. alat bantu sexualitas says

    January 17, 2012 at 5:43 pm

    andaikan aja Abunawas hidup di Jaman sekarang, pasti negara akan damai, tidak korup…

  33. Rijali says

    January 20, 2012 at 11:21 pm

    Numpang tanya…

    Itu namanya beneran Harun Al-Rasyid? Khalifah itu kan?

  34. Ade Muhamad says

    March 10, 2012 at 6:47 pm

    Ada berapa sich orang yang seperti abu nawas itu di dunia ? .. Apa jaman sekarang masih ada ? ..
    Siapa yang berani jawab ? ..

  35. PAPIH ALIS says

    March 18, 2012 at 12:00 pm

    * Biar di indonesia tidak punya abunawas..tpi kita mesti ber syukur karea msh punya abugosok **

  36. PAPIH ALIS says

    March 18, 2012 at 12:02 pm

    WKWKWK….HEHE sungguh pintar si sbugosok…eh abunawas…

  37. kosayrill says

    March 21, 2012 at 2:09 pm

    hahahahaha..
    cerita sangat bagus, andai aja di indonesia ada seseorang seperti abu nawas, pasti negara indonesia makmur…….

  38. karnada says

    March 28, 2012 at 6:17 pm

    apa yg kita inginkan belum tentu tercapai ……….begitu juga sang raja tak dapat berbuat adil walau katanna adil

  39. Ayuhanas Satyavani M says

    August 30, 2012 at 9:04 pm

    “Abu Nawas itu ada atau tdk ??”

  40. Ayuhanas Satyavani M says

    August 30, 2012 at 9:08 pm

    “Ãku kepingin ketemu Ãbu Ñawas.Walau hnya di Mimpi….kyaknya serru yaa..” ^_^

  41. cutez says

    July 5, 2016 at 11:46 am

    bgus bgt, mnyejkan hti adem bgt rek

Trackbacks

  1. Guratan Hati » Abu Nawas, Sultan, dan Penjual Bubur says:
    October 23, 2010 at 4:22 pm

    […] Sufiz.com This entry was posted on Saturday, October 23rd, 2010 at 3:21 pm and is filed under Cerita. You […]

  2. Abu Nawas : Suku Badui dan Baginda Raja | Belajar Geologi says:
    February 5, 2011 at 7:37 pm

    […] Sumber : di sini […]

  3. Abu Nawas, Kuah Dibalas Makjun says:
    January 25, 2012 at 12:32 pm

    […] upacara, semua orang pamitan kepada baginda dan pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Abu Nawas. Sejak itu Abu Nawas tidak pernah menginjakkan kakinya ke Istana. Tak kurang khalifah pun rindu […]

  4. Kisah Abu Nawas akan Disembelih « |Share| says:
    February 21, 2012 at 9:48 am

    […] Sumber : Sufiz […]

  5. Abu Nawas dihukum Mati | MGMP PAI SMP KABUPATEN JOMBANG says:
    April 19, 2012 at 5:41 pm

    […] Kisah Abu Nawas akan Disembelih […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Kisah Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Kisah Terbaru

  • Sekelumit tentang Sosok Abu Nawas yang Perlu Dikenal
  • Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, Tanda Kewalian yang Muncul Sejak Kecil
  • Al-Hujwiri, Kisah Penyingkap Pintu Makrifat
  • Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • Ibnu Arabi, Ketika Hamba Bersatu dengan Pencipta

Komentar Anda

  • Muhammad sholhin on Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim
  • Syarief on Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • syarief on An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara
  • Ahsanul Mufid on Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, Syekh Tarekat Naqsabandiyah dari Sumatera Barat
  • Dzulumat on Al-Hallaj: Ana al-Haq (Bagian 2)

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya. Selengkapnya

© 2018 Sufiz.com - Kisah Kisah Sufi Terlengkap