• Skip to secondary menu
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Tentang Kami
  • Republikasi
  • Daftar Rujukan
  • Kontak

SUFIZ.COM

Kisah Mereka Yang Mempersembahkan Hampir Seluruh Hidup dan Kehidupannya Hanya Untuk Allah

  • Kisah Nabi
  • Kisah Mujahid
  • Kisah Wali
  • Kisah Sufi
  • Abu Nawas
  • Kisah Lain
You are here: Home / Jejak Wali / Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim

Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim

November 19, 2011 By SUFIZ.COM 15 Comments

Setelah Sunan Ampel wafat, para santri memutuskan untuk mengakhiri kekuasaan Majapahit, karena Raja Brawijaya V mulai meminta bantuan Portugis untuk menekan Syiar Islam.

Imam keempat masjid Demak, yang bertugas kira-kira 1521-1524 dan dilantik oleh Adipati Sabrang Lor (Adipati Yunus) dari Jepara, mati syahid melawan Majapahit. Ia dijuluki penghulu Rahmatullah di Undung atau Ngudung – mayoritas orang jawa menyebutnya Sunan Ngudung.

Dalam pertempuran habis-habisan itu, yang boleh jadi telah berakhir (1527 M) dengan direbutnya ibukota kerajaan tua tersebut, ia berjuang bersama anaknya yang kemudian lebih dikenal sebagai Sunan Kudus. Mereka memimpin pasukan “orang alim.”

Bagaimana cerita asal mula penyerangan pamungkas terhadap Majapahit itu? Setelah Sunan Ampel di Surabaya meninggal dunia, para santri memutuskan untuk mengakhiri kekuasaan tertinggi Raja Brawijaya V, sekalipun Sunan Kalijaga menentangnya. Menurut Raden Mas Sahid, nama kecil waliyullah tersebut, Raja Majapahit toh tidak pernah menghalangi dakwah Islam. Adipati Demak Bintara, Raden Patah, juga masih Seba, menghadap Raja, untuk membayar Upeti.

Akan tetapi, berbondong-bondong para santri, yang dipimpin Pangeran Ngudung dan pemimpin agama yang lain, tetap bergerak menyerang. Adik Raden Patah, Adipati Terung, Raden Kusen, menghindar dari tugas yang dibebankan Raja Majapahit untuk memerangi kaum pemberontak. Patih Gajahmada lah yang pertama-tama memukul mundur barisan orang alim itu di Tuban.

Dalam penyerangan kedua, yang hanya dipimpin oleh Pangeran Ngudung, sesuai denga keputusan para ulama, hanya anggota keluarga yang lebih muda ikut bertempur, tetap di bawah komando sang Patih, barisan Majapahit, yang di ikuti putra Mahkota Aria gugur, Pangeran Andayaningrat dari Pengging, Adipati Klungkung dari Bali, serta Adipati Pecat Tandha (kepala pasar atau pelabuhan  yang berhak menarik pajak) Terung, tampaknya begitu kuat.

Pertempuran menentukan terjadi di Wirasaba (Kini Majaagung), versi lain menyatakan terjadi di tepi sungai Sedayu. Andayaningrat gugur. Pangeran Ngudung terbunuh oleh tusukan keris Adipati Terung. Jenazahnya di bawa pulang ke Demak oleh pengikutnya untuk di kebumikan di sana.

Kisah kematian penghulu Rahmatullah ini termuat panjang lebar dalam kebanyakan naskah cerita  Jawa Tengah dalam berbagai versi. Yang ringkas ialah versi J.L.A. Brandes dan Serat Kandha edisi bahasa Belanda. Demikian juga dalam babat banten dan babat Tjerbon.

Menurut Sadjarah Banten, kejadian di Jawa Timur itu bertepatan dengan perkawinan putri Demak dengan keturunan pemimpin agama yang baru muncul di Cirebon. Penulisnya mengira, itu pernikahan antara putra Raja pertama Cirebon, Hasanuddin, Sultan pertama Banten, dan putri Sultan Trenggana dari Demak. Tetapi menurut Hoesin Djajadiningrat, perkawinan itu baru terjadi pada 1552 berbilang tahun setelah jatuhnya Majapahit pada 1527 itu.

Majapahit yang Mana?

Ada keanehan dalam fakta kejatuhan Majapahit itu. Benarkah peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1527? Secara umum diyakini Candra Senkala (kalimat ibarat tahun) untuk kejatuhan Majapahit ialah Sirna Ilang Kertaning Bumi atau tahun 1400 Syaka atau 1478 M, yang dengan jelas menggambarkan Raja Kertabumi alias Brawijaya V (1468-1478).

Dan lagi Raden Patah itu anak Brawijaya V yang dianggaap sebagai Raja terakhir Majapahit. Bagaimana mungkin ia menyerang ayahnya sendiri? Lebih dari itu, Panembahan Jimbun minta izin resmi kepada Raja untuk menyiarkan agama Islam, dan Raja Kertabumi memperbolehkannya. Jadi fakta yang sebenarnya ialah, Brawijaya itu Raja terakhir kerajaan Majapahit, keturunan Raden Wijaya gelar Kertarajasa Jayawardana (1294-1309), setelah Prabu Kertawijaya Brawijaya I (1447-1451), Prabu Rajaswardana Brawijaya II (1451-1453), Prabu Hyang Purwawisesa Brawijaya III (1456-1466), dan Prabu Pandansalas Brawijaya IV (1466-1468), sedangkan pada 1453-1456 terjadi kekosongan Tahta.

Penyerangan yang menjatuhkan Brawijaya V dilakukan oleh Prabu Girindrawardana Brawijaya VI (1478-1498) dari Keling, yang tak lain, adalah keturunan Prabu Jayakatwang, musuh Raden Wijaya. Girindrawardana dibantu oleh Patih Empu Tahan, ayah Raden Udara, yang kemudian merebut kekuasaan dan kemudian bertahta  sebagai Brawijaya VII (1498-1518). Keduanya masing-masing bertahta di Daha (keling) dan Kediri.

Dengan demikian, yang diserang Raden Patah melalui panglima perang Sunan Ngudung itu bukan Brawijaya V, melainkan Prabu Udara Brawijaya VII. Penyerangan tersebut berlangsung lima tahun dan berakhir pada tahun 1518. Sifat penyerbuan itupun bukan agresif, melainkan defensif, karena Prabu Udara mengirmkan utusan kepada Alfonso d’Albuquerque, Gubernur Jendral Portugis di Malaka, sebagai persiapan perang melawan Islam. Saat itu kesultanan Demak Bintara (1512) tampaknya mulai pesat berkembang.

Entah berkaitan entah tidak dengan penyerangan tersebut, Raden Patah wafat pada tahun (1518) dan tahta Demak di isi oleh putranya yang sulung, Adipati Yunus alias Pangeran Sabrang Lor (1518-1521).

Pertanyaannya, bagaimana mungkin Sunan Ngudung yang wafat pada penyerangan kedua dalam perang pada tahun 1513-1518 bertugas pada 1521-1524 setelah dilantik pada tahun 1521 oleh Pangeran Sabrang Lor? Dengan kata lain, bila angka tahunnya benar, yang dilantiik itu bukan Sunan Ngudung, melainkan Sunan Kudus.

Ketika menulis tentang Kudus, yang nama aslinya Ja’far Shadiq, MB. Rahimsyah A.R. dengan mengutip salah satu versi, menyatakan bahwa Sunan Kudus itu anak Raden Usman Haji atau Sunan Ngudung yang adalah keturuna Nabi Muhammad SAW.

Ia mengajukan silsilah berikut: Nabi Muhammad – Siti Fatimah yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib – Sayyidina Husain – Sayyidina Zainal Abidin – Zainul Alim – Zain Al-Kubra – Zain Al-Husain – Maulana Jumadil kubra – Ibrahim Samarqandi – Raden Usman Haji, yang juga di kenal dengan sebutan Sunan Ngudung.

Bagaimana mungkin silsilahnya sependek itu, bandingkan dengan silsilah dari Nabi Muhammad SAW ke Syarif Hidayatullah, berdasarkan hasil olahan Pangeran Wangsakerta, sejarawan Cirebon sbad ke 17, yang cukup panjang (melalui India, Kamboja dan Mesir).

Kenapa silsilah Sunan Gunung Jati yang dipakai sebagai perbandingan?, alasannya adalah, mantan anggota Konstituante KH. Dachlan Abd. Qohar, dalam ijtihadnya, diantaranya dengan merujuk pada kitab Kanzul Ulum, karya Muslim pengembara dari Maghribi, Ibnu Batutah (1304-1377), menulis bahwa Sunan Kudus datang ke Tanah Jawa pada 1436 M, bersama saudaranya, Syarif Hidayatullah, untuk menggantikan dua wali sebelumnya yang wafat, Malik Isra’il dan Ali Akbar. Ia datang bersama Mushaf Al-Qur’an dan pemiliknya, Syarifah Alawiyah yang tak lain adalah bibinya. Ia beristri Siti Syari’ah binti Sunan Ampel.

Tentang Sunan Ngudung Pangeran Wangsakerta hanya menulis, “…Raden Umar Sahid Sunan Muria memperistri Dewi Sujinah, putri Sunan Undung…adik Sunan Kudus.”

Menurut Rahimsyah, Raden Usman Haji itu berasal dari Jipang Panolan. Akan tetapi ia menyebut letak Jipang Panolan itu di sebelah utara kota Blora. Padahal pada kenyataannya Jipang Panolan itu terletak di di barat Kota Cepu atau di selatan (sedikit ke timur) Blora.

Tapi menurut sejarawan Graaf dan Piqeaud benar bahwa Sunan Ngudung ialah julukan berdasarkan tempat tinggalnya – karena Ngudung atau Undung itu diperkirakan berada di utara Kota Kudus. Logika yang mungkin ialah Raden Usman Haji pindah dari Jipang Panolan ke Undung atau Ngudung karena dilantik jadi imam masjid Demak.

Sementara menurut Prof Hasanu Simon menyatakan, Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji juga bernama Syekh Sabil dan berasal dari Malaka. Dalam Walisongo, Sunan Ngudung bertugas sebagai Penglima Perang. Tugas ini diteruskan oleh putranya, Sunan Kudus.

 Wallahu ‘Alam Bish-Shawab!

 

Filed Under: Jejak Wali Tagged With: Adipati Demak Bintara, Adipati Pecat Tandha, Adipati Terung, Adipati Yunus, Hasanuddin, J.L.A. Brandes, Majaagung, Pangeran Andayaningrat, Pangeran Ngudung, Pangeran Sabrang Lor, Raden Kusen, Raden Patah, Raja Majapahit, Raja pertama Cirebon, Sadjarah Banten, Sultan pertama Banten, Sunan Ngudung

Newsletter Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya.

Reader Interactions

Comments

  1. ahmad saparyono says

    November 20, 2011 at 7:16 am

    Adipati Sabrang Lor, adalah Adipati Unus bukan Yunus..

  2. Nanda Pasoepati says

    February 28, 2012 at 8:45 pm

    ternyata kebanyakan walisanga adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW, kecuali Sunan Kalijaga dan anaknya beliau…

  3. haziz gibran seken says

    July 13, 2012 at 10:27 pm

    Dr.Kuntowijoyo,penah menyatakan. Untuk mendapat sumber-sumber yang benar bagi sesuatu fakta sejarah, tidak hanya melihat dari sumber intelektual Barat semata-semata. Kerana kebiasaanya “sejarah kita”yang dikaji dari kaca mata Kebaratan mempunyai jarum-jarum propaganda yang didalamnya yang dianggap benar. Jika di indonesia banyak pengkaji-pengkaji daripada dunia Belanda dan di Malaysia banyak daripada koloni British.

  4. Ar-Sangkelana says

    September 28, 2012 at 3:24 pm

    Dalam serat Darmogandul ataupun tulisan dari klenteng Sam Po Kong semarang. Penyerangan ke Majapahit diskenario/ diputuskan oleh wali Giri. Dengan mempengaruhi rd.Fatah muridnya,juga anak Brawijaya V dari selir China. Dengan tipuan bahwa rd.fatah sebagai adipati demak dan anak raja akan sowan ke Istana, bapaknya. Tipuan sukses.
    Setelah Majapahit dikuasai, kekuasaan diserahkan kepada Ngo Lay (sebagai raja boneka demak). Rakyat akhirnya berontak terhadap raja boneka, orang China.
    Hal tsb.digunakan oleh Grindrawardana utk menguasai Majapahit dari raja boneka.
    Demak saat itu masih sibuk dengan pemberontakan2 juga membantu malayu melawan portugis.
    Dan akhirnya Demak kembali menyerang Grindrawardana.

    Note: penyerangan Demak terhadap Brawijaya V, dibantu oleh saudara2nya rd.Fatah yang china.

  5. Diandri Kusumah Agus says

    March 24, 2015 at 12:59 pm

    MashaaALLOH.. Cerita yang cukup membuat kita semua harus belajar tentang sejarah bangsa, semoga bermanfaat bagi semua orang indonesia.. Aamiin 🙂

  6. mulyo hadi says

    February 2, 2016 at 11:42 am

    Assalamualaikum

    Mohon direvisi, masa hidup gajah mada bukanlah di akhir masa majapahit, tetapi justru di puncak kejayaannya, sekitar tahun 1300 an, pada masa prabu hayam wuruk,

  7. mbah bedjo says

    March 10, 2017 at 1:53 pm

    Comment:memang aneh, jaman kerajaan Demak koq ada Gajahmada

  8. AzA says

    February 2, 2019 at 3:56 am

    Ngaco lo ngomongnya

  9. Indi says

    March 25, 2019 at 3:49 pm

    Artikel aneh.. Penulis tidak kredibl sumber yg jadi rujukan g jelas asal comot.. Mana ada gajahmada hidup jamn demak wkwkkwkw..

  10. Totok says

    March 27, 2019 at 4:07 pm

    Ada baiknya dicantumkan juga, mengenai sunan ngudung dalam Hikayat Banjar.

  11. Sejarawan says

    May 29, 2020 at 1:03 am

    Artikel ini banyak yang tidak sesui dengan sejara alias ngarang nulis sak apal apal e, artikel ini ngak bisa buat rujukan sejara. Yang pasti kenapa demak bintoro menyerang majapait di karena kan pada saat itu di maja pait terjadi pemberontakan yaitu grindrawardana yang menyerang prabu Brawijaya v atau bra kertabumi yaitu ayah dari raden fatah raja demak bintoro pertama, yang menyebabkan raja Brawijaya v harus mengungsi/meninggalkan kraton menuju g lawu, atas serangan grindrawardana itu reden fatah ingin membantu sang ayah untuk mengembalikan sang ayah berkuasa di Majapahit lagi, namun sang prabu menolak memilih melebur menjadi pribumu. Jadi kesimpulan raden fatah menyerang Majapahit dikarenakan di saat itu yang berkuasa adalah grindrawardana yang bukan raja sah majapait alias ngerampas. Pertama kali s. Ampel datang di Majapahit Brawijaya v menyambut sang waliyullah dengan senang hati bahkan s. Ampel di hadia sebidang tanah di sekitaran surabaya untuk s. Ampel supaya bisa berdakwah menyebarkan islam, raja Brawijaya v tidak perna melarang s. Ampel berdakwa menyebarkan tauhid.

  12. Fajar madridista says

    September 17, 2020 at 10:24 pm

    Gadjah mada wafat tidak lama setelah terjadinya tragedi perang Bubat dengan Kerajaan Sunda Galuh / Pakuan Padjadjaran yg di pimpin oleh Prabu Lingga Buana ( Prabu Wangi ) pendiri Dinasti Siliwangi di tatar tanah Sunda dan itu jauh sebelum datangnya Islam , menurut kitab Radjya Radjya i Bhumi nusantara ( kumpulan Naskah P. Wangsakerta ) dan kitab Negara kertabhumi… mohon maaf

  13. Muhammad sholhin says

    July 25, 2021 at 5:28 am

    SUNAN NGUDUNG UTSMAN HAJI BIN SAYYID ALI MURTADLO BIN IBROHIM SAMARWONDI silsilahnya ini yang benar

Trackbacks

  1. Pangeran Suriansyah, Raja Islam Pertama di Kalimantan says:
    February 8, 2012 at 11:35 am

    […] mendapat dukungan dari umat Islam, mereka itu adalah orang-orang Kalimantan yang menjadi santri Sunan Giri dan Sunan Bonang di Jawa Timur serta pedagang Kalimantan yang sering berniaga ke Tuban dan Ampel, […]

  2. Kisah Raden Rahmatullah, Sunan Ampel dan Ajaran-ajarannya says:
    August 11, 2012 at 2:56 pm

    […] Ampel dalam mendidik seperti misalnya adanya beberapa santri dan putranya yang akhirnya menjadi anggota Wali Songo, seperti Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, serta putranya sendiri yaitu Sunan Drajat dan Sunan […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Kisah Sufi

Dapatkan update kisah-kisah sufi terbaru langsung ke email Anda.

Jangan lupa klik link konfirmasi yang terkirim ke email Anda.

Kisah Terbaru

  • Sekelumit tentang Sosok Abu Nawas yang Perlu Dikenal
  • Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi, Tanda Kewalian yang Muncul Sejak Kecil
  • Al-Hujwiri, Kisah Penyingkap Pintu Makrifat
  • Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • Ibnu Arabi, Ketika Hamba Bersatu dengan Pencipta

Komentar Anda

  • Muhammad sholhin on Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim
  • Syarief on Ahmad Sirhindi, Sufi yang Meluruskan Paham Ibnu Arabi
  • syarief on An-Nifari, Sang Pengelana yang Enggan Bicara
  • Ahsanul Mufid on Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, Syekh Tarekat Naqsabandiyah dari Sumatera Barat
  • Dzulumat on Al-Hallaj: Ana al-Haq (Bagian 2)

Tentang Kami

SUFIZ.COM merupakan website/blog yang menyajikan beragam kisah teladan dari para nabi, para sufi, para wali, para sunan, para Mujahid bahkan juga dari kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya. Selengkapnya

© 2018 Sufiz.com - Kisah Kisah Sufi Terlengkap